Minggu, 22 Januari 2023

AMALAN-AMALAN DI BULAN RAJAB

 MARHABAN  YAA  SYAHRULLAH (RAJAB)...




Di surga ada danau yang bernama Rajab. Airnya putih melebihi putihnya air susu, manis melebihi manisnya madu dan dinginnya melebihi salju. Barang siapa puasa sehari di bulan Rajab kelak Allah akan memberikan minuman daridanau Rajab. (Al-Hadits)


Dari Abi Hurairah berkata ; Rasulullah Salallahu ‘Alaihi wassalama bersabda ; “ Barang siapa puasa pada tanggal 27 Rajab Allah mencatatnya sebagaimana orang puasa 60 bulan”.


Dan ada awal hari bulan Rajab malaikat jibril turun kepada Nabi dengan risalah untuk isra’ bersama Nabi. Nabi bersabda “Ingat bulan Rajab adalah bulannya Allah, barang siapa puasa sehari dibulan Rajab dengan iman dan keikhlasan, maka akan mendapatkan keridhoan-Nya.”(Al-Hadits)


Barang siapa membaca


رَبِّ اغْفِرْ لي وَارْحَمَنِْي ُوتُبْ عَلَيَّ ٧٠ ×


Setiap ba’da isya’ malam bulan Rajab, maka tidak akan tersentuh kulitnya oleh api neraka (Al-Hadits)


Barang siapa membaca


أحْمَدُ رَسُولُ الله محمّدُ رَسُولُ الله ٣٥×


Dibaca diantara dua khutbah hari Jum’at Akhir bulan Rojab, maka

dimudahkan rizqinya dan dicukupi segala kebutuhanya (Qaul Ulama’)


Niat Puasa Bulan Rajab

NAWAITU SAUMA SYAHRI RAJAB LILLAHI TA'ALA

Artinya : “ Saya niat puasa bulan Rajab , sunnah karena Allah ta’ala.”

Selasa, 10 Januari 2023

DUA KALIMAT YANG MULIA 🍯*

 *📚 


Channel Telegram Mari Belajar Islam

https://t.me/ahsanary


Berbahagialah lisan yang senantiasa berdzikir kepada Allah ta'ala, sungguh ia telah menggunakan nikmat lisannya untuk ketaatan kepada Allah dengan memuji-Nya. Allah 'azza wa jalla telah berfirman dalam kitab-Nya:


وَالذَّاكِرِيْنَ اللَّهَ كَثِيْرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيْمًا


“Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, maka Allah menyediakan untuk mereka pengampunan dan pahala yang agung.” (QS. al-Ahzaab [33]: 35)


Di antara dzikir yang mulia adalah ucapan “subhanallah (Maha Suci Allah)”. Imam Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah mengatakan bahwa ucapan “subhanallah” bermakna *mensucikan Allah dari apapun yang tidak cocok dengan-Nya berupa setiap kekurangan.* Dan ucapan “subhanallah” mengharuskan peniadaan sekutu, istri, anak, dan semua sifat-sifat yang rendah. (Fathul Bari 14/454)


عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ((كَلِمَتَانِ خَفِيْفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيْلَتَانِ فِي الْمِيْزَانِ حَبِيْبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ)) [متفق عليه: ب 6682، م 2694]


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dua kalimat yang ringan di lisan, berat di timbangan amal, dan dicintai oleh Allah ar-Rahman: *‘Subhaanallaahi wabihamdih, subhaanallaahil ‘adziim’* (Maha Suci Allah dan bagi-Nyalah segala pujian, Maha Suci Allah Yang Maha Agung).” (HR. Bukhari 6682 dan Muslim 2694)


Dalam hadits di atas Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan salah satu lafadz dzikir dan keutamaannya yang begitu besar. Dua kalimat yang dikatakan oleh Rasulullah

shallallahu 'alaihi wa sallam begitu ringan di lisan. Ya, ia hanya dua kalimat saja, dan lihatlah keutamaannya. Maka ini adalah kabar gembira untuk kita kaum muslimin, yang bisa kita lakukan bersama kegiatan kita yang lain di banyak pekerjaan kita, semisal petani, nelayan, polisi dan penjaga keamanan, pedagang, sopir dan pengendara, pegawai kantoran, ibu rumah tangga, dan yang lainnya.


Keutamaan yang mestinya menjadi motivasi bagi kita untuk memperbanyak mengucapkannya. Dimana di sisi lain, lisan merupakan salah satu anggota badan yang banyak menjerumuskan pelakunya kepada keburukan, bahkan menjadi penyebab masuk ke dalam neraka. Betapa tidak, dari sanalah muncul kebohongan dan kedustaan, persaksian dan sumpah palsu, membicarakan keburukan orang lain, mencela, mengumpat, mengadu domba, menuduh tanpa bukti, berbicara tanpa ilmu, dan berbagai dosa serta bencana lainnya. Tak heran jika Nabi kita yang mulia 'alaihis shalatu wasallam sangat memperingatkan kita dari bahaya lisan ini.


عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ فِيْهَا يَزِلُّ بِهَا فِيْ النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya ada seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang belum jelas apakah itu baik atau buruk, sehingga membuatnya dilempar ke neraka dengan jarak yang lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat.” (HR. Bukhari 6477 dan Muslim 2988)


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah bersabda:


وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسُ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِم


“Bukankah manusia tersungkur di atas wajah mereka atau hidung mereka tidak lain disebabkan karena lisan mereka?!” (HR. at-Tirmidzi 2616, Shahihut Targhib wat Tarhib 2866)


Maka hendaknya kita memperbanyak kebaikan dengan lisan kita; dengan banyak berdzikir dan menggunakannya untuk berkata-kata yang baik, serta menjaganya dari ucapan yang buruk.


Ingatlah, meski hanya dua kalimat, keduanya *lebih baik dari sekian banyak ucapan* yang keluar dari lisan kita. ‘Subhaanallaahi wabihamdih, subhaanallaahil ‘adziim’. Semoga Allah menjadikan kita termasuk ke dalam golongan hamba-Nya yang selalu berdzikir mengingat-Nya. Aamiin.


✏ Abu Ibrohim Ari bin Salimin

Amalan-Amalan Ketika Terjadi Gempa*

 *


*Abu Ubaidah Yusuf As Sidawi*


https://muslim.or.id/29075-amalan-amalan-ketika-terjadi-gempa.html.


Ketika gempa bumi menyapa, bila tsunami menghampiri manusia, ketika para korban berjatuhan meninggal dunia, ketika bangunan hancur berkeping-keping menjadi tanah, ketika para wanita menjadi janda dan anak-anak menjadi yatim tanpa orang tua … pada saat itu semua hendaknya kita semua lebih mendekatkan diri kepada Allah, mengingat akhirat, segera bertaubat, bersemangat ibadah, dan tidak tertipu dengan dunia yang fana.


*Berikut ini beberapa amalan yang hendaknya dilakukan ketika gempa dan tsunami terjadi:*


*Taubat kepada Allah*


Sesungguhnya peristiwa ini akan membuahkan bertambahnya iman seorang mukmin, memperkuat hubungannya dengan Allah. Dia sadar bahwa musibah-musibah ini tidak lain dan tidak bukan adalah akibat dosa-dosa anak manusia berupa kesyirikan, kebid’ahan, dan kemaksiatan.


Tidaklah terjadi suatu malapetaka melainkan karena dosa, dan malapetaka itu tidak akan dicabut oleh Allah kecuali dengan taubat.


Imam Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah berkata, “Kadang-kadang Allah mengizinkan bumi bernapas sehingga mengakibatkan gempa dan tsunami yang dahsyat, sehingga hal itu menjadikan ketakutan kepada Allah, kesedihan, taubat dan berserah diri kepada Allah”.


*Banyak berdzikir, do’a, dan istighfar kepada Allah*


Imam Syafi’i mengatakan, “Obat yang paling mujarab untuk mengobati bencana adalah memperbanyak tasbih”. Imam as-Suyuthi berkomentar, “Hal itu karena dzikir dapat mengangkat bencana dan adzab, sebagaimana firman Allah:


فَلَوْلَآ أَنَّهُۥ كَانَ مِنَ ٱلْمُسَبِّحِينَ ﴿١٤٣﴾ لَلَبِثَ فِى بَطْنِهِۦٓ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ ﴿١٤٤﴾


“Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit” (QS. ash-Shoffat [37]: 143–144).


Renungkanlah juga bersama saya firman Allah:


وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ ۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ ﴿٣٣﴾


“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun” (QS. al-Anfal [8]: 33).


*Ayat mulia ini menunjukkan bahwa ada dua hal yang dapat melindungi manusia dari adzab.*


*Pertama,* adanya Nabi Muhammad di tengah-tengah manusia dan ini bersifat sementara.


*Kedua,* istighfar dan meninggalkan segala dosa dan ini bersifat seterusnya sekalipun Nabi telah meninggal dunia.


*Membantu para korban bencana*


Saudaraku, bila kita sekarang dalam kenikmatan dan kesenangan, kita bisa makan, minum, dan memiliki rumah, maka ingatlah saudara-saudaramu yang terkena bencana. Saat ini mereka sedang kesusahan dan kesulitan. Maka ulurkanlah tanganmu untuk membantu mereka semampu mungkin.


Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:


مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ


“Barang siapa yang membantu menghilangkan kesusahan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan menghilangkan kesusahan darinya besok di hari kiamat” (HR. Muslim no. 2699).


Terlebih lagi orang kaya, pengusaha, pemerintah, dan bangsawan, hendaknya mereka mengeluarkan hartanya untuk membantu para korban.


Dahulu, tatkala terjadi gempa pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, beliau menulis surat kepada para gubernurnya untuk bersedekah dan memerintah rakyat untuk bersedekah.


Dan hendaknya para relawan saling membantu dan saling melengkapi antar sesama sehingga terwujudlah apa yang menjadi tujuan mereka, jangan sampai ada terjadi pertengkaran atau perasaan bahwa dia adalah orang yang paling pantas dibanding lainnya.


*Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar*


Sebagaimana tadi kita sebutkan bahwa termasuk faktor terjadinya gempa adalah dosa umat manusia maka hendaknya hal itu dihilangkan, salah satu caranya dengan menegakkan dakwah, saling menasihati, dan amar ma’ruf nahi munkar sehingga mengecillah kemungkaran.


Adapun bila kita acuh tak acuh dan mendiamkan kemungkaran maka tak ayal lagi bencana tersebut akan kembali menimpa kita.


لُعِنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنۢ بَنِىٓ إِسْرَ‌ٰٓءِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُۥدَ وَعِيسَى ٱبْنِ مَرْيَمَ ۚ ذَ‌ٰلِكَ بِمَا عَصَوا۟ وَّكَانُوا۟ يَعْتَدُونَ ﴿٧٨﴾ كَانُوا۟ لَا يَتَنَاهَوْنَ عَن مُّنكَرٍۢ فَعَلُوهُ ۚ لَبِئْسَ مَا كَانُوا۟ يَفْعَلُونَ ﴿٧٩﴾


“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Dawud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu” (QS. al-Ma’idah [5]: 78–79).


*Penulis: Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As Sidawi*


*Artikel Muslim.or.id*


*© 2022 muslim.or.id*


*Sumber:* https://muslim.or.id/29075-amalan-amalan-ketika-terjadi-gempa.html

Subhanallah wa Bihamdih yang Luar Biasa*

 📎 *


🍃Kalimat subhanallah wa bihamdih sangat luar biasa keutamaannya🍃


Kitab Al-Adzkar, Bab Keutamaan Dzikir dan Dorongan untuk Berdzikir


(Hadits no. 1412) Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku,


ألاَ أُخْبِرُكَ بِأَحَبِّ الكَلاَمِ إِلَى اللهِ ؟ إنَّ أَحَبَّ الكَلاَمِ إِلَى اللهِ : سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ


‘Maukah aku beritahukan kepadamu perkataan yang paling dicintai oleh Allah? Sesungguhnya perkataan yang paling dicintai oleh Allah adalah, ‘SUBHANALLAH WA BIHAMDIH’ (Maha Suci Allah dan dengan memuji-Nya).” (HR. Muslim, no. 2731)


(Hadits no. 1413) Dari Abu Malik Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


الطُّهُورُ شَطْرُ الإيمانِ ، وَالحَمْدُ للهِ تَمْلأُ المِيزَانَ ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَالحَمْدُ للهِ تَمْلآنِ – أَوْ تَمْلأُ – مَا بَيْنَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ


“Bersuci itu setengah keimanan, ALHAMDULILLAH itu memenuhi mizan (timbangan amal), dan SUBHANALLAH WALHAMDULILLAH, keduanya memenuhi—atau memenuhi—ruang antara langit-langit dan bumi.” (HR. Muslim, no. 223)


Penjelasan:

Dua hadits di atas menunjukkan keutamaan kalimat subhanallah wa bihamdih, juga kalimat dzikir subhanallah wal hamdulillah. Kalimat subhanallah berisi penyucian Allah dari sifat tercela. Sedangkan alhamdulillah berisi pujian sekaligus penetapan bahwa Allah memiliki nama dan sifat yang sempurna.


Faedah dari dua hadits di atas:


1- Kalimat yang paling dicintai oleh Allah adalah kalimat subhanallah wa bihamdih.


2- Kalimat subhanallah wa bihamdih berisi penyucian sifat-sifat jelek bagi Allah dan pujian bagi-Nya karena Allah memang pantas untuk dipuji.


3- Bersuci itu setengah keimanan.


4- Hadits ini menunjukkan keutamaan wudhu dalam Islam karena menurut pendapat kebanyakan ulama, thuhur yang dimaksud dalam hadits adalah bersuci dengan air untuk menghilangkan hadats.


 Sedangkan iman yang dimaksudkan dalam hadits adalah shalat seperti yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 143, “Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.” Yang dimaksudkan dalam ayat adalah Allah tidak menyia-nyiakan shalat mereka ketika sebelumnya menghadap Baitul Maqdis. (Lihat Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:7.)


5- Wudhu adalah syarat sah shalat. Sehingga disebut sebagai separuh iman walaupun bukan separuh iman secara hakiki.


6- Bacaan alhamdulillah akan memenuhi timbangan amalan. Subhanallah walhamdulillah akan memenuhi ruang antara langit dan bumi.


7- Subhanallah itu akan memenuhi separuh timbangan, sedangkan alhamdulillah akan menyempurnakannya hingga penuh. Karena kalimat alhamdulillah berarti kita menetapkan segala puji untuk Allah. Sedangkan ucapan subhanallah adalah menyucikan Allah dari kekurangan, aib dan cacat. Penetapan itu lebih menunjukkan kesempurnaan dibanding peniadaan. Karenanya kalimat subhanallah tidak disebut sendirian, namun diiringi dengan penetapan kesempurnaan bagi Allah sehingga kadang digandengkan dengan alhamdulillah. (Lihat Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:17-18.)


8- Seorang muslim wajib meyakini adanya mizan (timbangan) yang akan menimbang amalan pada hari kiamat.


9- Hadits ini menunjukkan keutamaan berdzikir dan besarnya pahala dzikir.


 


Referensi:

Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. 2:447-448; 1:69-70.

Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam. Ibnu Rajab Al-Hambali. Penerbit Muassasah Ar-Risalah. 2:7-18.


Diselesaikan @ Perpus Rumaysho, Panggang, Gunungkidul, 29 Dzulqa’dah 1438 H


Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal


Artikel Rumaysho.Com




Sumber https://rumaysho.com/16294-subhanallah-wa-bihamdih-yang-luar-biasa.html